7 Februari 2015

0

MUI Melarang Peringatan Valentine

::
Promosi produk coklat menjelang hari kasih sayang atau hari valentine yang jatuh pada 14 Februari mendatang sudah terlihat dimana-mana. Coklat memang dijadikan simbol bentuk ungkapan kasih sayang karena rasanya yang lembut dan manis.

Namun, promo produk coklat dalam rangka hari valentine ini semakin tidak masuk akal. Bagaimana tidak, beberapa toko dan supermarket mengedarkan cokelat berhadiah kondom untuk memperingati hari valentine ini.

Melihat hal tersebut, Kyai Satori meminta MUI untuk segera mengambil tindakan dengan membentengi umat Islam secara agresif dan dilakukan secara tegas. Karena menurutnya, penjualan cokelat berhadiah kondom ini sangat merusak aqidah, ibadah, moral, adat dan budaya Indonesia dan lainnya.

Menurutnya, munculnya penjualan cokelat berhadiah kondom menunjukan bahwa ada pihak-pihak yang ingin merusak moral bangsa dan ini jelas sangat mengarah pada hal tidak baik karena jelas-jelas melegalkan free sex.

“Ini pengikisan terhadap ajaran-ajaran Islam dan pendangkalan aqidah,” ujar Satori.

Karena itu selain meminta MUI membentengi umat Islam dari pengrusakan akidah, ia juga melalui Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) juga mengajak seluruh umat Islam untuk berperan aktif mengantisipasi hal ini.

“Kita harus membentengi anak kita sejak dini, supaya mempunyai aqidah yang kuat. Jadi orang tua harus mencontohkan hal baik pada anak mereka,” tegas dia.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan, mengatakan, larangan bagi umat islam untuk ikut merayakan hari valentine. Menurutnya, masih banyak sejumlah kegiatan positif lain yang dapat dilakukan untuk menunjukan bentuk kasih sayang selain ikut merayakan hari valentine, karena hari valentine tidak memberikan efek yang baik malah cenderung menjurus kepada hal-hal negatif.

Amirsyah mengatakan bahwa mengikuti kegiatan seperti pramuka akan lebih memberikan manfaat bagi anak-anak remaja.

“Pramuka memberikan efek kreatif, terampil, disiplin, dan cekatan, tidak seperti valentine,” jelas Amirsyah.

MUI, telah menghimbau agar remaja banyak-banyak melakukan kegiatan positif di sekolah. Kegiatan positif seperti ekstrakulikuler seperti Pramuka, PMR, Paskibra atau kesenian dan olahraga dapat mengolah kepekaan sosial remaja untuk mengetahui budaya mana yang baik dan budaya mana yang buruk dan sesuai dengan adat budaya Indonesia atau tidak.

“Ada pelatihan softskill dalam kegiatan sekolah untuk mengolah rasa dan melahirkan hal-hal yang positif,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa budaya valentine itu tidak sesuai dan bertentangan dengan adat, budaya serta norma agama di Indonesia. Menurutnya, pembuktian bentuk kasih sayang yang sejalan dengan peringatan valentine cenderung merusak akhlak dan moral Indonesia karena melegalkan perzinahan.

“Kalau kasih sayang itu berasal dari nilai dan norma agama tentu sangat dibolehkan, tapi kan valentine tidak,” kata dia.

Kasih sayang yang diperbolehkan adalah berdasarkan atas rahmat Allah SWT. Sedangkan, kasih sayang yang digembar-gemborkan pada perayaan valentine lebih menjurus pada kasih sayang yang tanpa norma dan nilai, jadi MUI jelas melarang umat islam untuk ikut merayakan.

“Jalankan saja kasih sayang yang sebagaimana telah diajarkan dalam Islam,” tutupnya.

Sumber: Harian Depok

0 comments: