19 Februari 2016

0

Petuah Cetar di Markas Kibar

::
 'Mikir itu pake otak', demikian pesan yang ditulis besar-besar di dinding kantor startup Kibar Kreasi Indonesia. Menohok? Jelas! Tapi si empunya rumah punya niat baik lewat pesan ini, yakni agar para penggiat startup digital selalu memikirkan secara matang idenya, tak cuma asal njeplak.

Markas Kibar yang ada di jalan Moh. Yamin, Menteng, Jakarta Pusat ini memang baru dipoles. "Kalau dulu seperti warung, dengan berbagai atributnya," kata seorang karyawan Kibar yang ditemui detikINET.

Namun kini, tempat yang jadi kumpul anak muda penggiat kreatif digital ini justru telah dipenuhi oleh berbagai petuah dan filosofi. Bergeser ke ruangan lain, ada tulisan yang tak kalah menggelitik, yakni 'Asumsi itu Membunuh', lagi-lagi ditulis besar-besar di dinding putih yang baru dicat.

Kalimat tersebut bisa ditemui di ruang Dugem alias duduk gemes. Nama ini diambil lantaran tempat duduk yang disediakan memang menggemaskan, bercorak merah menyala dan bisa jadi tempat leyeh-leyeh sambil miting.

 Adapun cerita di balik tulisan 'Asumsi itu Membunuh' adalah untuk mengingatkan kepada para penggiat startup untuk tidak mengambil keputusan hanya berdasarkan asumsi atau bermodal 'saya pikir, saya pikir'.

Padahal kenyataan dan kondisinya tidak demikian. Jadi ingat, sesuatunya itu jangan cuma pakai perasaan, karena bisa membawa penggiat startup salah jalan.

Kemudian ada juga yang namanya ruangan Paskibar yang diambil dari plesetan 'Paskibra'. "Paskibra itu kan mengibarkan bendera Indonesia, kalau Paskibar itu mengibarkan karya dan talenta Indonesia," ujar Intania Amanda Larasaty, karyawan Kibar yang menemani detikINET saat berkeliling.

Di sini bisa dibilang sebagai ruang kerja utama para pasukan Kibar. Namun ada aturan yang harus dijunjung di sini, yakni dilarang bekerja menggunakan headset atau earphone dan harus duduk berpindah-pindah setiap harinya.

Ruang Paskibar memang berdesain open space, tak ada sekat yang membatasi di antara tempat duduk. Yang ada hanyalah deretan meja panjang lengkap dengan bangku dan dimanjakan oleh koneksi internet.

"Ruangan Paskibar memang didesain untuk berkomunikasi, setiap hari harus berbeda duduknya, biar mereka (anak muda yang berkarya di Kibar-red) melakukan komunikasi satu sama lain dan orang-orang berbeda setiap harinya," lanjut Intania.

"Karena kita percaya bahwa dengan komunikasi maka akan muncul kolaborasi, dan dengan kolaborasi bisa menciptakan inovasi, dan dengan inovasi maka kita bisa menghasilkan karya baru," tegas lulusan ITB ini memberi inspirasi.

Nah, bagi yang ingin bekerja dengan penuh fokus, jangan khawatir. Sebab Kibar juga punya ruang Nyepi, untuk mereka yang ingin bekerja dengan penuh konsentrasi, tanpa mengobrol dengan orang di sebelahnya. Di sini, baru diperbolehkan bekerja dengan memakai penutup telinga (headset).

Lalu ada pula lounge Simpang Lima yang diberi nama demikian lantaran tempatnya berada di tengah-tengah ruangan lain. Satu lagi yang menarik adalah hadirnya ruang Puputan yang diambil dari nama Perang Puputan.

 Intania menjelaskan, ini adalah ruangan untuk bersenang-senang, entah itu untuk bermain board game atau konsol game. "Karena yang namanya main game kan harus berjuang dan 'berdarah-darah' untuk menang, makanya dikasih nama Puputan seperti perang," urainya.

Tempat lainnya yang juga punya nama tak biasa adalah ruang Rombak, meja Setrap dan meja Rujak. Ya, bisa dibilang, penamaan nyeleneh di berbagai sudut ruangan kantor baru Kibar ini tak terlepas dari sosok pendiri sekaligus Chief Executive Kibar Kreasi Indonesia, Yansen Kamto.

Pria pelontos ini memang dikenal punya gaya ngocol, slengean dan berbobot. 'Berbobot' di sini bukan cuma untuk urusan lingkar perut, tetapi harus diakui juga bahwa pemikiran dan ide-ide segar Yansen kian diakui di jagat startup digital Indonesia.

Berbekal pengalamannya di dunia inkubasi startup, dan tentunya dengan modal Silicon Valley connection, Yansen bahkan diajak rombongan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat akhir tahun lalu. Yansen juga dipercaya Menkominfo Rudiantara untuk ikut membantu menyusun roadmap agar valuasi bisnise-commerce di Indonesia bisa naik sepuluh kali lipat dalam lima tahun mendatang. Demi mewujudkan mimpi menjadikan Indonesia sebagai negara berbasis ekonomi digital terbesar di Asia Pasifik.

Salah satu program yang ia tawarkan saat itu ialah, bagaimana bisa mencetak seribu teknopreneur hingga 2020, dengan valuasi USD 10 miliar atau Rp 138 triliun.

Nah, sosok yang selalu bercelana pendek inilah yang menjadi salah satu penggerak utama anak-anak Kibar untuk berkreasi dan startup lain di program inkubasinya.

Yansen juga sempat bercerita filosofi di balik penamaan meja Rujak di ruang utama markas Kibar saat open house yang juga dihadiri oleh Walikota Surabaya terpilih Tri Rismaharini, Menkominfo Rudiantara para rekan-rekannya tersebut.

"Kalau ini namanya meja Rujak, karena orang Indonesia saat ngumpul-ngumpul kan suka rujak. Nah, rujak itu juga menggambarkan perbedaan-perbedaan dari buah-buahnya sehingga bisa menghasilkan rasa yang enak," kata Yansen.

"Jadi di sini (meja rujak-red.) tempat kita ngumpul-ngumpul bareng dengan berbagai orang dan latar belakang sembari gosip dan mikirin bangsa," pungkasnya.

Sumber: Detik.com
(Mardalia)

0 comments: